Rabu, 29 Agustus 2012


Bagaimana kita memahami arti kecerdasan?
Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan,  seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.
Cerdas dapat diartikan sebagai sikap manusia yang mampu mengambil pelajaran dan hikmah dari setiap persoalan sekaligus upaya mereka untuk menjadi lebih baik lagi di masa depan.
Terdapat beberapa cara untuk mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tak memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan
Dr. Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang budaya atau lebih. Dengan kata lain kecerdasan dapat bervariasi menurut konteknya. Dalam bukunya Frames of Mind, Gardner menawarkan delapan jenis kecerdasan manusia, namun menurut kami, sebenarnya ada 10 jenis kecerdasan manusia, yaitu :

1. Kecerdasan Spasial
Kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat)serta menvisualisasikan gambar di dalam kepala seseorang atau menciptakannya dalam bentuk 2 atau 3 dimensi.
Contoh pemilik kecerdasan ini adalah Sultan Hamid 2, Sang Perancang Gambar Garuda Pancasila.
Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974 Rancangan terakhir inilah yang menjadi lampiran resmi PP No 66 Tahun 1951 berdasarkan pasal 2 Jo Pasal 6 PP No 66 Tahun 1951. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak.

2. Kecerdasan kinestetik
Kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan
Contoh pemilik kecerdasan ini adalah Susi Susanti. Pemilik nama asli Lucia Francisca Susi Susanti (Hanzi: 王蓮香, Pinyin: Wang Lian-xiang, lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Februari 1971; umur 40 tahun).
International Badminton Federation (sekarang Badminton World Federation) pada bulan Mei 2004 memberikan penghargaan Hall Of Fame kepada Susi Susanti. Pemain Indonesia lainnya yang memperoleh penghargaan Hall Of Fame yaitu Rudy Hartono Kurniawan, Dick Sudirman, Christian Hadinata, dan Liem Swie King
Masa keemasannya yang berlangsung cukup panjang, berpuncak pada juara tunggal putri bulutangkis Olimpiade Barcelona, Spanyol (1992). Dia peraih emas pertama Indonesia di Olimpiade. Prestasi yang mengharumkan nama bangsa juga diukir oleh Susi dengan meraih sederetan kejuaraan. Dia menjuarai All England empat kali (1990, 1991, 1993, 1994). Sang juara yang punya semangat pantang menyerah ini selalu menjadi ujung tombak tim Piala Sudirman dan Piala Uber. Juga juara dunia (1993) dan puluhan gelar seri grand prix. Dalam setiap pertandingan, ia menunjukkan sikap tenang bahkan terlihat tanpa emosi di saat-saat angka penentuan. Semangatnya yang pantang menyerah meski angkanya tertinggal jauh dari lawan membuat banyak pendukungnya menaruh percaya bahwa Susi pasti menang. Berkat kegigihan dan ketekunannya, Susi Susanti turut menyumbang sukses tahun 1989 ketika Piala Sudirman direbut tim Indonesia untuk pertama kalinya dan sampai sekarang belum lagi berulang.

3. Kecerdasan Musical
Kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar.
Siapa yang tidak kenal lagu Indonesia Raya, kita dan seluruh Rakyat negeri ini pasti sudah tidak asing lagi dengan lagu ini, karena memang ia adalah Lagu Kebangsaan kita Bangsa Indonesia, setiap even kenegaraan, pertemuan organisasi massa, olah raga, dsb.nya, lagu Indonesia Raya pasti berkumandang, bahkan untuk menghormatinya ketika menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya semua pasti dianjurkan untuk berdiri, itu sebagai isyarah sumpah dari yang menyanyikan untuk menegakkan apa yang menjadi isi dari lagu tersebut, disana ada janji untuk cinta tanah air, janji untuk bersatu, janji untuk membangun jiwa dan raga Rakyat Indonesia yang semuanya itu untuk cita-cita Indonesia Raya. Pada masa penjajahan, lagu ini mampu menggugah semangat patriotisme bangsa Indonesia, mampu menjadi semacam perwujudan persatuan dan kehendak untuk merdeka bagi Rakyat Indonesia, sampai-sampai Belanda sempat melarang penyebutan Indonesia Raya sebagai Lagu Kebangsaan dan bait merdeka merdeka supaya diganti dengan mulia mulia (WR Supratman menyebut lagu ini dengan Lagu Kebangsaan sejak pertama kali diperkenalkan pada peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928), ini karena saking takutnya pihak Belanda akan bangunnya kesadaran jiwa Bangsa Indonesia yang ditimbulkan dari lagu ini, namun upaya itu tidak menyurutkan nyali dari para pejuang Indonesia untuk tetap menganggapnya sebagai lagu kebangsaan dan tetap menyanyikan lagu Indonesia Raya pada setiap acara-acara resmi, pertemuan-pertemuan penting, dll. hingga akhirnya Indonesia benar-benar bisa meraih kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.


4. Kecerdasan Linguistik
Adalah kecerdasan menggunakan kata-kata secara efektif. Kecerdasan ini sangat berguna bagi para penulis, aktor, pelawak, selebriti, radio dan para pembicara hebat. Kecerdasan juga membantu kesuksesan kariernya di bidang pemasaran dan politik.
Beliau adalah salah satu contoh pemilik kecerdasan linguistik. Soekarno, Presiden Pertama Indonesia banyak mempunyai kata-kata yang memotivasi dan membangkitkankan semangat saat melakukan pidato. Beberapa kata-kata adalah sebagai berikut.
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)
“Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno)
“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno)
“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno). 

5. Kecerdasan Logika / Mathematic
Ketrampilan mengolah angka dan kemahiran menggunakan logika dan akal sehat. Ini adalah kecerdasan yang digunakan ilmuwan, akuntan, pemrogaman komputer dan ahli matematika.
Contoh pemilik kecerdasan ini adalah Sri Mulyani Indrawati (lahir di Bandar Lampung, Lampung, 26 Agustus 1962; umur 48 tahun) adalah wanita sekaligus orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Jabatan ini diembannya mulai 1 Juni 2010. Sebelumnya, dia menjabat Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu. Begitu, dia berkantor di Kantor Bank Dunia, dia praktis meninggalkan jabatannya sebagai menteri keuangan. Sebelum menjabat menteri keuangan, dia menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu.
Sri Mulyani sebelumnya dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi di Indonesia. Ia menjabat Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998. Pada 5 Desember 2005, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan perombakan kabinet, Sri Mulyani dipindahkan menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr. Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia.
Ia dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia untuk tahun 2006 oleh Emerging Markets pada 18 September 2006 di sela Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura.[1] Ia juga terpilih sebagai wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes tahun 2008 dan wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia bulan Oktober 2007

6. Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Ahli dalam pergaulan.
Contohnya adalah Gus Dur, Bapak Pluralisme Indonesia
Abdurrahman “Addakhil”, demikian nama lengkapnya. Secara leksikal, “Addakhil” berarti “Sang Penakluk”, sebuah nama yang diambil Wahid Hasyim, orang tuanya, dari seorang perintis Dinasti Umayyah yang telah menancapkan tonggak kejayaan Islam di Spanyol. Belakangan kata “Addakhil” tidak cukup dikenal dan diganti nama “Wahid”, Abdurrahman Wahid, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. “Gus” adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati “abang” atau “mas”.
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara yang dilahirkan di Denanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 4 Agustus 1940. Secara genetik Gus Dur adalah keturunan “darah biru”. Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim adalah putra K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU)-organisasi massa Islam terbesar di Indonesia-dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Ny. Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Kakek dari pihak ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais ‘Aam PBNU setelah K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan demikian, Gus Dur merupakan cucu dari dua ulama NU sekaligus, dan dua tokoh bangsa Indonesia.
Dalam kesehariannya, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Di samping membaca, tokoh satu ini senang pula bermain bola, catur dan musik. Dengan demikian, tidak heran jika Gus Dur pernah diminta untuk menjadi komentator sepak bola di televisi. Kegemaran lainnya, yang ikut juga melengkapi hobinya adalah menonton bioskop. Kegemarannya ini menimbulkan apresiasi yang mendalam dalam dunia film. Inilah sebabnya mengapa Gu Dur pada tahun 1986-1987 diangkat sebagai Ketua Juri Festival Film Indonesia.
Semasa hidupnya Gus Dur mendapatkan gelar doktor “Honoris Causa” dari sejumlah perguruan tinggi ternama di Jepang, Korea Selatan, Perancis, Thailand, dan Israel. Gus Dur pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Ketua Forum Demokrasi, Ketua Umum PBNU, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), anggota MPR, Ketua Dewan Syura DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Presiden RI ke-4. Gus Dur juga pernah meraih sejumlah penghargaan di bidang perdamaian dan keagamaan dari sejumlah organisasi perdamaian dan keagamaan di beberapa negara.

7. Kecerdasan Intra Personal
Kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memilki kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan-aturan) etika (sopan santun) dan moral
Berikut ini salah seorang pemilik kecerdasan intra personal, Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, Pr. Lahir di Ambarawa, Kabupaten Semarang, 6 Mei 1929 – meninggal di Jakarta, 10 Februari 1999 pada umur 69 tahun. Dikenal sebagai rohaniwan, budayawan, arsitek, penulis, aktivis dan pembela wong cilik (bahasa Jawa untuk “rakyat kecil”). Dia juga dikenal dengan panggilan populernya, Rama Mangun atau dibaca “Romo Mangun” dalam bahasa Jawa.

8. Kecerdasan Naturalis
Kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta.
Beliau salah satu pemilik kecerdasan naturalis, Prof. Dr. André Joseph Guillaume Henri Kostermans atau Achmad Jahja Goh Hartono Kostermans setelah menjadi WNI dan memeluk agama Islam; lahir di Purworejo, 1 Juli 1906 – meninggal di Jakarta, 10 Juli 1994 pada umur 88 tahun. Beliau adalah seorang pakar botani Belanda dan Indonesia.
Sebagian besar karyanya membahas tentang flora Asia Tenggara. Gelar doktor diperolehnya dari Universitas Utrecht, Belanda, pada tanggal 20 Januari 1936 dengan penelitian berjudul Studies in South American Malpighiaceae, Lauraceae and Hernandiaceae, Especially of Surinam di bawah bimbingan Prof. August Adriaan Pulle. Pada awal kariernya, ia menyumbang beberapa bagian pada Flora Suriname (karya A.A. Pulle).
Minat utamanya pada Lauraceae, beberapa suku Malvales (Bombacaceae dan Sterculiaceae) dan Dipterocarpaceae. Di tahun-tahun akhir ia juga bekerja untuk Anacardiaceae (buku tentang ini diterbitkan oleh Academic Press). Kostermans, yang biasa dipanggil Dok oleh rekan dan anak buahnya, sangat produktif dan banyak menulis di berbagai media publikasi. Dialah juga yang membesarkan nama Herbarium Bogoriensis.
Sebelum meninggal pada tahun 1994, ia terlebih dahulu terkena serangan jantung pada tahun 1991. Kostermans tidak menikah tetapi meninggalkan banyak anak asuh, seperti ahli jamur (mikolog) utama Indonesia Prof. Dr. Mien Rifai, pakar mikologi dan Dr. Soegeng Reksodihardjo, seorang pakar botani untuk suku Bombacaceae. Satu nama marga dari suku Malvaceae (sebelumnya Bombacaceae) diberi nama Kostermansia. Banyak pula spesies yang diberi nama untuk menghormatinya, seperti Cryptocarya kostermansiana (Lauraceae). Singkatan Kosterm. dipakai untuk dirinya dalam literatur botani. Kostermans meninggal dunia di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta dan dimakamkan di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.

9. Kecerdasan Intuisi
Kemampuan untuk merasakan atau mengetahui suatu hal tanpa alasan tertentu. Intuisi dapat bekerja ketika alam di bawah sadar kita menemukan hubungan antara situasi baru yang dihadapi dengan berbagai pola pengalaman di masa lalu.
Mira, Q-Grader, atau ahli perasa dan pencium kopi yang punya sertifikasi dan diakui di dunia internasional merupakan pemilik kecerdasan intuisi.
Semenjak terjun di bisnis kopi kurang lebih sudah 5 tahun. Latar belakang terjun jadi cupper atau ahli penilai rasa dan aroma kopi awalnya karena rasa penasaran saja. “Pertama mendengar istilah Q-Grader (ahli pencinta rasa kopi yg telah tersertifikasi Q – yand dikeluarkan oleh SCAA (Specialty Coffee Asociation of America) kedengarannya keren aja, lalu saya mencoba dan akhirnya lulus sbg Q-Grader adalah suatu kebanggaan sendiri. Apalagi profesi sebagai Cupper ini sangat jarang bukan saja untuk perempuan tetapi juga profesi yang cukup langka di Indonesia maupun di dunia”, kata Mira.
(catatan:  SCAA adalah  sebuah organisasi tempat bernaung orang2 yang bergerak dalam industri kopi dan mempunyai wewenang untuk mengeluarkan standard dari mulai penanaman kopi, roasting, hingga cara membuat kopi)

10. Kecerdasan Spiritual
Kemampuan menyadari,menentukan dan menempatkan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar, alam semesta dan sesama manusia. Kecerdasan spiritual adalah pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena menjadi sumber bagi kecerdasan lainnya

Kyai Muchammad Muchtar Mu;thi AlMujtaba, adalah contoj pemilik kecerdasan spiritual. Menurut “Ensiklopedi Islam”, Penerbit PT.Ikhtiar Van Hoven Jakarta, tahun 1994, buku ini terdiri dari 5 (lima) jilid besar.
Jild I dengan tebal 336 halaman, jilid II dengan tebal 346 halaman, jilid III dengan tebal 356 halaman, jilid IV dengan tebal 336 halaman, dan jilid V dengan tebal 334 halaman. Disusun oleh 80 orang, sebagian besar terdiri dari Dosen-Dosen perguruan tinggi.
Kitab yang dipakai sebagai sumber dalam penyusunan ada 1049 kitab ditambah pemasukan informasi dari Duta besar-Duta besar Negara Islam di Jakarta.
Di sebutkan dalam Jilid V- Bab Thoriqot – huruf (T), halaman 67, terdapat tabel nama-nama Thoriqot yang mempunyai pengaruh besar di dunia yaitu sejumlah 44 thoriqot tersebar di 3 benua yaitu, benua Asia, Afrika, Eropa. Benua yang kosong dari Pusat pengembangan Thoriqot ada dua yaitu, benua Amerika dan benua Australia. Kyai Muchtar Mu’thi tercantum di urutan ke 34
(Singkatan T untuk `Thoriqot`, P untuk `pendiri`, dan Di untuk `berpusat di`)
Selanjutnya, salah satu metode yang dapat memperjelas dan memahami sebuah pemikiran seseorang adalah dengan menggunakan diskusi, dialog, konsultasi dan berkomunikasi dengan orang lain (Utsman Najati, 2005). Hal senada juga pernah diungkapkan oleh salah satu Vygotsky, yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang akan berkembang apabila dia berinteraksi dengan orang lain, dengan demikian, belajar manusia dapat berkembang ketika kognitif mereka berkembang.
Berkaitan dengan fakta inilah perlunya kita bersyukur terhadap sesama manusia. Kecerdasan hanyalah sehimpunan kemampuan dan keterampilan. Manusia dapat mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan dengan belajar menggunakan kemampuannya secara penuh. Sedang proses belajar adalah proses meniru-merekam-mengambil kesimpulan atas apa yang terjadi di masyarakat.
Aktivitas berfikir manusia saat belajar tidak selalu menghasilkan pemikiran yang sama satu sama lain. Perbedaan keputusan mewarnai proses penentuan solusi atas masalah yang dihadapi. Disinilah indahnya berbangsa dan bermasyarakat, menurut Rosululloh Muhammad SAW, perbedaan itu rahmat. Maka sepantasnya bersyukur atas perbedaan yang timbul dengan hati yang tertata baik dan perbuatan yang manfaat bagi kebaikan bersama.
Bersyukur terhadap sesama manusia sama dengan bersyukur terhadap nikmat Alloh. Tanpa orang lain, mustahil kita bisa menjadi seperti kita saat ini. Bagaimana wujud syukurnya ? Jagalah persatuan, peliharalah toleransi, santuni faqir miskin dan anak yatim serta jujur dan permudahlah urusan orang lain.

zass_xc@yahoo.co.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar