Bagaimana kita memahami arti kecerdasan?
Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk
menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti
kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami
gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.
Cerdas dapat diartikan sebagai sikap manusia yang
mampu mengambil pelajaran dan hikmah dari setiap persoalan sekaligus upaya
mereka untuk menjadi lebih baik lagi di masa depan.
Terdapat beberapa cara untuk mendefinisikan
kecerdasan. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas,
kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog
tak memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan
Dr. Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan adalah
kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai
dalam satu latar belakang budaya atau lebih. Dengan kata lain kecerdasan dapat
bervariasi menurut konteknya. Dalam bukunya Frames of Mind, Gardner menawarkan
delapan jenis kecerdasan manusia, namun menurut kami, sebenarnya ada 10 jenis
kecerdasan manusia, yaitu :
1. Kecerdasan Spasial
Kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan
spasial secara akurat (cermat)serta menvisualisasikan gambar di dalam kepala
seseorang atau menciptakannya dalam bentuk 2 atau 3 dimensi.
Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk
final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna
gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung,
Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974 Rancangan terakhir inilah yang menjadi
lampiran resmi PP No 66 Tahun 1951 berdasarkan pasal 2 Jo Pasal 6 PP No 66
Tahun 1951. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan
foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal
Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak.
2. Kecerdasan kinestetik
Kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil
untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi
keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan,
kelenturan dan kecepatan
Contoh pemilik kecerdasan ini adalah
Susi Susanti. Pemilik nama asli Lucia Francisca Susi Susanti (Hanzi: 王蓮香, Pinyin: Wang Lian-xiang, lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Februari
1971; umur 40 tahun).
International Badminton Federation (sekarang Badminton
World Federation) pada bulan Mei 2004 memberikan penghargaan Hall Of Fame
kepada Susi Susanti. Pemain Indonesia lainnya yang memperoleh penghargaan Hall
Of Fame yaitu Rudy Hartono Kurniawan, Dick Sudirman, Christian Hadinata, dan
Liem Swie King
Masa keemasannya yang berlangsung cukup panjang,
berpuncak pada juara tunggal putri bulutangkis Olimpiade Barcelona, Spanyol
(1992). Dia peraih emas pertama Indonesia di Olimpiade. Prestasi yang
mengharumkan nama bangsa juga diukir oleh Susi dengan meraih sederetan
kejuaraan. Dia menjuarai All England empat kali (1990, 1991, 1993, 1994). Sang
juara yang punya semangat pantang menyerah ini selalu menjadi ujung tombak tim
Piala Sudirman dan Piala Uber. Juga juara dunia (1993) dan puluhan gelar seri
grand prix. Dalam setiap pertandingan, ia menunjukkan sikap tenang bahkan
terlihat tanpa emosi di saat-saat angka penentuan. Semangatnya yang pantang
menyerah meski angkanya tertinggal jauh dari lawan membuat banyak pendukungnya
menaruh percaya bahwa Susi pasti menang. Berkat kegigihan dan ketekunannya,
Susi Susanti turut menyumbang sukses tahun 1989 ketika Piala Sudirman direbut
tim Indonesia untuk pertama kalinya dan sampai sekarang belum lagi berulang.
3. Kecerdasan Musical
Kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan,
mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini
meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar.
Siapa yang tidak kenal lagu
Indonesia Raya, kita dan seluruh Rakyat negeri ini pasti sudah tidak asing lagi
dengan lagu ini, karena memang ia adalah Lagu Kebangsaan kita Bangsa Indonesia,
setiap even kenegaraan, pertemuan organisasi massa, olah raga, dsb.nya, lagu
Indonesia Raya pasti berkumandang, bahkan untuk menghormatinya ketika
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya semua pasti dianjurkan untuk
berdiri, itu sebagai isyarah sumpah dari yang menyanyikan untuk menegakkan apa
yang menjadi isi dari lagu tersebut, disana ada janji untuk cinta tanah air,
janji untuk bersatu, janji untuk membangun jiwa dan raga Rakyat Indonesia yang
semuanya itu untuk cita-cita Indonesia Raya. Pada masa penjajahan, lagu ini
mampu menggugah semangat patriotisme bangsa Indonesia, mampu menjadi semacam
perwujudan persatuan dan kehendak untuk merdeka bagi Rakyat Indonesia,
sampai-sampai Belanda sempat melarang penyebutan Indonesia Raya sebagai Lagu
Kebangsaan dan bait merdeka merdeka supaya diganti dengan mulia mulia (WR
Supratman menyebut lagu ini dengan Lagu Kebangsaan sejak pertama kali
diperkenalkan pada peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928), ini karena saking
takutnya pihak Belanda akan bangunnya kesadaran jiwa Bangsa Indonesia yang
ditimbulkan dari lagu ini, namun upaya itu tidak menyurutkan nyali dari para
pejuang Indonesia untuk tetap menganggapnya sebagai lagu kebangsaan dan tetap
menyanyikan lagu Indonesia Raya pada setiap acara-acara resmi, pertemuan-pertemuan
penting, dll. hingga akhirnya Indonesia benar-benar bisa meraih kemerdekaannya
pada tanggal 17 Agustus 1945.
4. Kecerdasan Linguistik
Adalah kecerdasan menggunakan kata-kata secara
efektif. Kecerdasan ini sangat berguna bagi para penulis, aktor, pelawak,
selebriti, radio dan para pembicara hebat. Kecerdasan juga membantu kesuksesan
kariernya di bidang pemasaran dan politik.
Beliau adalah salah satu contoh
pemilik kecerdasan linguistik. Soekarno, Presiden Pertama Indonesia banyak
mempunyai kata-kata yang memotivasi dan membangkitkankan semangat saat
melakukan pidato. Beberapa kata-kata adalah sebagai berikut.
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut
semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” .
(Bung Karno)
“Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa
untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban
untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno)
“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa
kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang
langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan
Yang Maha Esa.” (Soekarno)
“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu
dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah
tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno).
5. Kecerdasan Logika / Mathematic
Ketrampilan mengolah angka dan kemahiran menggunakan
logika dan akal sehat. Ini adalah kecerdasan yang digunakan ilmuwan, akuntan,
pemrogaman komputer dan ahli matematika.
Contoh pemilik kecerdasan ini adalah Sri Mulyani Indrawati (lahir di Bandar Lampung,
Lampung, 26 Agustus 1962; umur 48 tahun) adalah wanita sekaligus orang
Indonesia pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Jabatan
ini diembannya mulai 1 Juni 2010. Sebelumnya, dia menjabat Menteri Keuangan
Kabinet Indonesia Bersatu. Begitu, dia berkantor di Kantor Bank Dunia, dia
praktis meninggalkan jabatannya sebagai menteri keuangan. Sebelum menjabat
menteri keuangan, dia menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu.
Sri Mulyani sebelumnya dikenal sebagai seorang
pengamat ekonomi di Indonesia. Ia menjabat Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi
dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni
1998. Pada 5 Desember 2005, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
mengumumkan perombakan kabinet, Sri Mulyani dipindahkan menjadi Menteri
Keuangan menggantikan Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana
Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr.
Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia.
Ia dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia
untuk tahun 2006 oleh Emerging Markets pada 18 September 2006 di sela Sidang
Tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura.[1] Ia juga terpilih sebagai wanita
paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes tahun 2008 dan wanita
paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia bulan Oktober
2007
6. Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud,
motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan
tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam
berkomunikasi. Ahli dalam pergaulan.
Abdurrahman “Addakhil”, demikian nama lengkapnya.
Secara leksikal, “Addakhil” berarti “Sang Penakluk”, sebuah nama yang diambil
Wahid Hasyim, orang tuanya, dari seorang perintis Dinasti Umayyah yang telah
menancapkan tonggak kejayaan Islam di Spanyol. Belakangan kata “Addakhil” tidak
cukup dikenal dan diganti nama “Wahid”, Abdurrahman Wahid, dan kemudian lebih
dikenal dengan panggilan Gus Dur. “Gus” adalah panggilan kehormatan khas
pesantren kepada seorang anak kiai yang berati “abang” atau “mas”.
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara yang
dilahirkan di Denanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 4 Agustus 1940. Secara
genetik Gus Dur adalah keturunan “darah biru”. Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim
adalah putra K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri jam’iyah Nahdlatul Ulama
(NU)-organisasi massa Islam terbesar di Indonesia-dan pendiri Pesantren Tebu
Ireng Jombang. Ibundanya, Ny. Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pesantren
Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Kakek dari pihak ibunya ini juga
merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais ‘Aam PBNU setelah K.H. Abdul Wahab
Hasbullah. Dengan demikian, Gus Dur merupakan cucu dari dua ulama NU sekaligus,
dan dua tokoh bangsa Indonesia.
Dalam kesehariannya, Gus Dur mempunyai kegemaran
membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Di samping
membaca, tokoh satu ini senang pula bermain bola, catur dan musik. Dengan
demikian, tidak heran jika Gus Dur pernah diminta untuk menjadi komentator
sepak bola di televisi. Kegemaran lainnya, yang ikut juga melengkapi hobinya
adalah menonton bioskop. Kegemarannya ini menimbulkan apresiasi yang mendalam
dalam dunia film. Inilah sebabnya mengapa Gu Dur pada tahun 1986-1987 diangkat
sebagai Ketua Juri Festival Film Indonesia.
Semasa hidupnya Gus Dur mendapatkan gelar doktor
“Honoris Causa” dari sejumlah perguruan tinggi ternama di Jepang, Korea
Selatan, Perancis, Thailand, dan Israel. Gus Dur pernah menjabat sebagai Ketua
Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Ketua Forum Demokrasi, Ketua Umum PBNU, Ketua
Majelis Ulama Indonesia (MUI), anggota MPR, Ketua Dewan Syura DPP Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Presiden RI ke-4. Gus Dur juga pernah meraih
sejumlah penghargaan di bidang perdamaian dan keagamaan dari sejumlah
organisasi perdamaian dan keagamaan di beberapa negara.
7. Kecerdasan Intra Personal
Kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan
pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri
sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang
yang memilki kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan-aturan) etika
(sopan santun) dan moral
Berikut ini salah seorang pemilik kecerdasan intra
personal, Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, Pr.
Lahir di Ambarawa, Kabupaten Semarang, 6 Mei 1929 – meninggal di Jakarta, 10
Februari 1999 pada umur 69 tahun. Dikenal sebagai rohaniwan, budayawan,
arsitek, penulis, aktivis dan pembela wong cilik (bahasa Jawa untuk “rakyat
kecil”). Dia juga dikenal dengan panggilan populernya, Rama Mangun atau dibaca
“Romo Mangun” dalam bahasa Jawa.
8. Kecerdasan Naturalis
Kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan
dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan.
Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain
dari alam semesta.
Beliau salah satu pemilik kecerdasan
naturalis, Prof. Dr. André Joseph Guillaume Henri Kostermans atau Achmad Jahja
Goh Hartono Kostermans setelah menjadi WNI dan memeluk agama Islam; lahir di
Purworejo, 1 Juli 1906 – meninggal di Jakarta, 10 Juli 1994 pada umur 88 tahun.
Beliau adalah seorang pakar botani Belanda dan Indonesia.
Sebagian besar karyanya membahas tentang flora Asia
Tenggara. Gelar doktor diperolehnya dari Universitas Utrecht, Belanda, pada
tanggal 20 Januari 1936 dengan penelitian berjudul Studies in South American
Malpighiaceae, Lauraceae and Hernandiaceae, Especially of Surinam di bawah
bimbingan Prof. August Adriaan Pulle. Pada awal kariernya, ia menyumbang
beberapa bagian pada Flora Suriname (karya A.A. Pulle).
Minat utamanya pada Lauraceae, beberapa suku Malvales
(Bombacaceae dan Sterculiaceae) dan Dipterocarpaceae. Di tahun-tahun akhir ia
juga bekerja untuk Anacardiaceae (buku tentang ini diterbitkan oleh Academic
Press). Kostermans, yang biasa dipanggil Dok oleh rekan dan anak buahnya,
sangat produktif dan banyak menulis di berbagai media publikasi. Dialah juga
yang membesarkan nama Herbarium Bogoriensis.
Sebelum meninggal pada tahun 1994, ia terlebih dahulu
terkena serangan jantung pada tahun 1991. Kostermans tidak menikah tetapi
meninggalkan banyak anak asuh, seperti ahli jamur (mikolog) utama Indonesia
Prof. Dr. Mien Rifai, pakar mikologi dan Dr. Soegeng Reksodihardjo, seorang
pakar botani untuk suku Bombacaceae. Satu nama marga dari suku Malvaceae
(sebelumnya Bombacaceae) diberi nama Kostermansia. Banyak pula spesies yang
diberi nama untuk menghormatinya, seperti Cryptocarya kostermansiana
(Lauraceae). Singkatan Kosterm. dipakai untuk dirinya dalam literatur botani.
Kostermans meninggal dunia di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta dan
dimakamkan di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.
9. Kecerdasan Intuisi
Kemampuan untuk merasakan atau mengetahui suatu hal
tanpa alasan tertentu. Intuisi dapat bekerja ketika alam di bawah sadar kita
menemukan hubungan antara situasi baru yang dihadapi dengan berbagai pola
pengalaman di masa lalu.
Mira, Q-Grader, atau ahli perasa dan pencium kopi yang
punya sertifikasi dan diakui di dunia internasional merupakan pemilik
kecerdasan intuisi.
Semenjak terjun di bisnis kopi kurang lebih sudah 5
tahun. Latar belakang terjun jadi cupper atau ahli penilai rasa dan aroma kopi
awalnya karena rasa penasaran saja. “Pertama mendengar istilah Q-Grader (ahli
pencinta rasa kopi yg telah tersertifikasi Q – yand dikeluarkan oleh SCAA
(Specialty Coffee Asociation of America) kedengarannya keren aja, lalu saya
mencoba dan akhirnya lulus sbg Q-Grader adalah suatu kebanggaan sendiri.
Apalagi profesi sebagai Cupper ini sangat jarang bukan saja untuk perempuan
tetapi juga profesi yang cukup langka di Indonesia maupun di dunia”, kata Mira.
(catatan: SCAA adalah sebuah organisasi
tempat bernaung orang2 yang bergerak dalam industri kopi dan mempunyai wewenang
untuk mengeluarkan standard dari mulai penanaman kopi, roasting, hingga cara
membuat kopi)
10.
Kecerdasan Spiritual
Kemampuan
menyadari,menentukan dan menempatkan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap
kekuatan yang lebih besar, alam semesta dan sesama manusia. Kecerdasan
spiritual adalah pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena
menjadi sumber bagi kecerdasan lainnya
Kyai Muchammad Muchtar Mu;thi AlMujtaba, adalah contoj
pemilik kecerdasan spiritual. Menurut “Ensiklopedi Islam”, Penerbit PT.Ikhtiar
Van Hoven Jakarta, tahun 1994, buku ini terdiri dari 5 (lima) jilid besar.
Jild I dengan tebal 336 halaman, jilid II dengan tebal
346 halaman, jilid III dengan tebal 356 halaman, jilid IV dengan tebal 336
halaman, dan jilid V dengan tebal 334 halaman. Disusun oleh 80 orang, sebagian
besar terdiri dari Dosen-Dosen perguruan tinggi.
Kitab yang dipakai sebagai sumber dalam penyusunan ada
1049 kitab ditambah pemasukan informasi dari Duta besar-Duta besar Negara Islam
di Jakarta.
Di sebutkan dalam Jilid V- Bab Thoriqot – huruf (T),
halaman 67, terdapat tabel nama-nama Thoriqot yang mempunyai pengaruh besar di
dunia yaitu sejumlah 44 thoriqot tersebar di 3 benua yaitu, benua Asia, Afrika,
Eropa. Benua yang kosong dari Pusat pengembangan Thoriqot ada dua yaitu, benua
Amerika dan benua Australia. Kyai Muchtar Mu’thi tercantum di urutan ke 34
(Singkatan T untuk `Thoriqot`, P untuk `pendiri`, dan
Di untuk `berpusat di`)
Selanjutnya, salah satu metode yang dapat memperjelas
dan memahami sebuah pemikiran seseorang adalah dengan menggunakan diskusi,
dialog, konsultasi dan berkomunikasi dengan orang lain (Utsman Najati, 2005).
Hal senada juga pernah diungkapkan oleh salah satu Vygotsky, yang menyatakan
bahwa perkembangan kognitif seseorang akan berkembang apabila dia berinteraksi
dengan orang lain, dengan demikian, belajar manusia dapat berkembang ketika
kognitif mereka berkembang.
Berkaitan dengan fakta inilah perlunya kita bersyukur
terhadap sesama manusia. Kecerdasan hanyalah sehimpunan kemampuan dan
keterampilan. Manusia dapat mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan dengan
belajar menggunakan kemampuannya secara penuh. Sedang proses belajar adalah
proses meniru-merekam-mengambil kesimpulan atas apa yang terjadi di masyarakat.
Aktivitas berfikir manusia saat belajar tidak selalu
menghasilkan pemikiran yang sama satu sama lain. Perbedaan keputusan mewarnai
proses penentuan solusi atas masalah yang dihadapi. Disinilah indahnya
berbangsa dan bermasyarakat, menurut Rosululloh Muhammad SAW, perbedaan itu
rahmat. Maka sepantasnya bersyukur atas perbedaan yang timbul dengan hati yang
tertata baik dan perbuatan yang manfaat bagi kebaikan bersama.
Bersyukur terhadap sesama manusia sama dengan
bersyukur terhadap nikmat Alloh. Tanpa orang lain, mustahil kita bisa menjadi
seperti kita saat ini. Bagaimana wujud syukurnya ? Jagalah persatuan,
peliharalah toleransi, santuni faqir miskin dan anak yatim serta jujur dan
permudahlah urusan orang lain.
zass_xc@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar